Wahyu Hidayah
19310410052
Artikel ini dibuat
untuk memenuhi Tugas Ilmu Budaya Dasar
Prodi Psikologi
Universitas Proklamasi
45 Yogyakarta
Dosen Pengampu : Amin
Nurohmah, S.Pd.,Msc
Pembangunan
merupakan strategi yang harus dilakukan oleh suatu bangsa untuk memajukan taraf
kehidupan warga masyarakatnya. Keberhasilan Pembangunan sangat ditentukan oleh
kualitas sumber daya manusia dalam hal ini adalah menyangkut sikap
mental/mentalitas yang dimiliki manusianya. Mentalitas merupakan suatu
kapasitas rokhaniah yang terdapat pada seseorang yang menentukan perilaku
berbuat atau bertindak dalam hidupnya (Mattulada, 1985: 48). Apa yang
dinyatakan dalam perilaku itu membentuk sikap seseorang terhadap sesuatu yang
lain. Sikap mental inilah yang sering disebut sebagai sistem nilai budaya
(cultural value system). Kluckhohn mengungkapkan bahwa sistem nilai budaya
dalam suatu kebudayaan sesungguhnya menyangkut masalah-masalah dasar dalam
hidup yang menentukan orientasi nilai budaya manusia. Orientasi nilai budaya
dalam mencapai tujuan pembangunan nasional adalah salah satu faktor yang ikut
membentuk potensi mentalitas manusia (Koentjaraningrat, 1987: 31). Sikap mental (attitude) merujuk pada
individu dan nantinya secara sekunder kepada masyarakat. Sikap merupakan suatu
disposisi atau keadaan mental seseorang untuk bereaksi terhadap lingkungannya.
Orientasi
nilai budaya manusia merupakan faktor penting dalam mencapai suatu tujuan. Hal
ini dapat dilihat dari pandangannya terhadap kehidupan. Orientasi nilai budaya atau yang bisa juga disebut sebagai sistem nilai
budaya adalah konsep – konsep yang hidup dalam alam pikiran sebagian besar
masyarakat yang berkaitan dengan apa yang diinginkan, pantas, dan berharga,
yang mempengaruhi individu yang memilikinya dan berfungsi sebagai pedoman
tertinggi bagi kelakuan manusia.
Kluckhohn dalam bukunya
yang berjudul “Variations in Value Orientation” menyatakan
bahwa sistem nilai budaya dalam semua kebudayaan di dunia sebenarnya mengenai 5
masalah pokok dalam kehidupan manusia.
1. Masalah mengenai hakikat dari hidup manusia
Hidup itu buruk jika
manusia tersebut mengalami kesulitan atau kegagalan dalam hidupnya dan
berpendapat bahwa hidup itu negatif. Sebagai contoh, di Amerika terdapat suku Indian yang memiliki
paham bahwa setiap bayi yang lahir itu adalah suatu kesialan. Dan jika ada
orang yang mati, itu merupakan suatu hal yang menggembirakan. Hal tersebut
terjadi karena mereka berpendapat bahwa bayi yang lahir tersebut nantinya hanya
akan mendapat kesulitan dan kesengsaraan dalam menjalani hidup di dunia. Mereka
juga berpendapat bahwa yang mati akan bahagia hidup di alam sana karena telah
terbebas dari masalah – masalah dalam hidup. Sehingga ketika ada bayi lahir,
mereka menyambutnya seperti pemakaman. Sedangkan ketika ada kematian, mereka
merayakannya seperti pesta.
2. Masalah mengenai hakikat dari karya manusia
Karya itu nafkah sebagai contoh Hidup itu sebagai suatu hal yang baik jika
kita beranggapan bahwa hidup merupakan suatu anugerah dari Tuhan dan merupakan
hal yang berdampak positif. Sebagai contoh, seorang yang sukses di dunia pasti
beranggapan bahwa hidup di dunia merupakan anugerah dari Tuhan karena bisa
menikmati hidup serta sukses di dunia.
Karya itu untuk kedudukan, kehormatan dan sebagainya. Sebagai contoh, Bill Gates membuat sebuah karya
berupa Operating System yang diproduksi oleh perusahaannya yaitu Microsoft. Ia
membuat karya tersebut awalnya bukan karena ingin menjadi orang yang nantinya
kaya raya. Namun, ia membuat karya tersebut agar mendapat penghargaan dan
kehormatan atas karyanya yang mampu memperlancar segala kegiatan IT dan
memotivasi orang lain untuk berkarya kreatif seperti dirinya, sehingga ia mampu
menjadi Presiden Microsoft. Jadi, karya itu dianggap sebagai alat untuk
mendapat kehormatan atau kedudukan yang lebih tinggi.
Karya itu untuk menambah karya. Sebagai contoh, seorang penyair atau pembuat puisi membuat
puisi tersebut selain untuk berkarya, juga untuk menambah karya – karyanya yang
dulu sudah ada agar bertambah banyak dan menjadi terkenal karena puisinya yang
banyak.
3. Masalah mengenai hakikat dari kehidupan manusia dalam ruang waktu
Orientasi ke masa kini.
Contohnya seseorang yang mempunyai gaya hidup tinggi akan selalu menghabiskan
uangnya pada waktu itu juga tanpa memikirkan masa yang akan datang yang tidak
bisa kita tebak apakah masih mempunyai penghasilan untuk mencukupi kebutuhan.
Orientasi ke masa lalu.
Contohnya orang yang sudah tua dia tidak mau mengikuti masa kini dan selalu
menggunakan cara masa lalu seperti masih menggunakan KTP dahulu dan enggan
berganti masa kini yang sudah berubah elektrik menjadi E-KTP sudah dibujuk dan
tetap masih keras kepala. Orientasi ke masa depan. Contohnya orang yang berada
dan sukses akan memikirkan masa depan anaknya dan hidup mereka seperti membeli
rumah untuk anaknya selagi masih banyak rezeki.
4. Masalah mengenai hakikat dari hubungan manusia dengan alam sekitarnya
Manusia tunduk kepada alam yang dahsyat. Sebagai contoh, BBM yang merupakan
bahan bakar minyak. Manusia di dunia sebagian besar menggunakan kendaraan yang
berbahan bakar BBM. Jika alam tidak menyediakan bahan untuk membuat BBM, maka
manusia akan kesulitan dan akhirnya tak berdaya karena kehendak alam. Contoh
lain adalah bencana alam. Sehebat – hebatnya manusia dalam membuat bangunan,
pasti bangunan tersebut akan runtuh juga oleh bencana alam dan membuat manusia
menjadi tak berdaya. Ia membuktikan bahwa manusia masih tunduk kepada alam yang
dahsyat.
Manusia menjaga keselarasan dengan alam. Cotohnya
penanaman pohon bakau di tepi-tepi sungai untuk tetap menjaga habitat ikan dan
mencegah abrasi air laut di desa ujungmanik selain itu juga pernah terjadi pada
tahun 2019 Paus terdampar di sungai desa ujungmanik dan diselamatkan oleh
nelayan diantarkan kearah laut.
Manusia
berusaha menguasai alam. Sebagai contoh, para penebang hutan liar di Kalimantan berusaha
memanfaatkan alam untuk kepentingan mereka sendiri. Mereka tidak memikirkan
akibat yang akan ditimbulkan dari kegiatan ilegal mereka tersebut seperti
terjadinya bencana alam. Contoh lain adalah para pemburu binatang untuk
diawetkan. Mereka tidak berpikir bahwa binatang jika diburu akan dapat merusak
habitat dan ekosistem lingkungan alam. Mereka hanya berpikir jika mereka
mendapatkan binatang untuk diawetkan, mereka akan mendapatkan uang banyak.
5. Masalah mengenai hakikat dari hubungan manusia dengan sesamanya.
Orientasi Kolateral
(horizontal), rasa ketergantungan kepada sesamanya (berjiwa gotong royong). Manusia
sejak lahir memiliki rasa ingin hidup bersama yang lain. Manusia tidak dapat
hidup tanpa adanya bantuan dari orang lain. Maka dari itu manusia sangatlah
bergantung pada manusia yang lain sehingga saling membantu antara satu dengan
yang lainnya. Contohnya dalam hidup bertetangga pastinya saling membantu ketika
ada kesulitan dan tidak bisa dikerjakan sendiri seperti membangun rumah,
mengadakan hajatan.
Orientasi Vertikal, rasa ketergantungan kepada tokoh-tokoh atasan dan
berpangkat. Seseorang dalam hidup pasti membutuhkan orang atau tokoh atasannya
untuk membantunya dalam mengatasi permasalahan hidup. Sebagai contoh, seorang
siswa SMA tidak akan bisa lulus Ujian Nasional tanpa adanya bantuan bimbingan
dari tokoh atasannya yaitu gurunya. Jika guru tersebut tidak memberikan
bimbingan kepadanya, maka murid tersebut akan kesulitan dalam menghadapi Ujian
Nasional dan akhirnya tidak lulus. Jadi, manusia selain tergantung pada
sesamanya yang sederajat, juga tergantung pada manusia yang lebih tinggi
derajatnya.
Individualisme menilai
tinggi usaha atas kekuatan sendiri. Contohnya seseorang yang mendapatkan juara
kelas dia merasa paling hebat dari yang lain padahal belum tentu dia hebat
disemua bidang dan sikap ini akan menimbulkan rasa sombong yang membuat orang
lain tidak suka terhadap sikapnya. Hidup kita ditentukan oleh sikap kita
pastinya membutuhkan bimbingan dan bantuan dari orang lain. Untuk memiliki kehidupan
yang baik kita harus selalu bersyukur dengan apa yang kita miliki.
Sumber Data :
Koentjaraningrat.
(1987). Kebudayaan mentalitas dan pembangunan. Jakarta: Gramedia.
Mattulada.
(1985). Mentalitas dan ciri-ciri kepribadian bangsa Indonesia dalam Bachtiar,
Harsya W. Dkk. Yogyakarta: Hanindita.
Sumber
Gambar :
https://www.google.com/url?sa=i&url=https%3A%2F%2Firwanzulkifli.wordpress.com%2F2013%2F11%2F19%2Forientasi-nilai-budaya%2F&psig=AOvVaw330lZ81TwF9rU_a9Eo12DN&ust=1635514713744000&source=images&cd=vfe&ved=0CAgQjRxqFwoTCMCTvdCd7fMCFQAAAAAdAAAAABAD